Anomali Cuaca, Kemarau kok Masih Turun Hujan??
Mei 2014, harusnya Indonesia sudah memasuki bulan kemarau. Sesuai pembagian cuaca yang sudah dipelajari sejak SD. Di Indonesia, hanya ada dua musim yang terjadi. Yakni, musim Hujan dan Musim kemarau. Diantara pergantian musim tersebut, ada Pancaroba atau musim pergantian.
Di Indonesia atau negara tropis lainnya pada April hingga September terjadi musim kemarau
dan pada Oktober hingga Maret terjadi musim hujan. Rentang waktu ini telah umum diketahui masyarakat luas.
Memanasnya suhu muka laut dan tidak terjadinya musim kemarau pada tahun ini merupakan kondisi penyimpangan yang tergolong paling ekstrem pada data pemantauan cuaca yang pernah dilakukan di Indonesia. Pemantauan kondisi kelautan dan cuaca di Indonesia yang dilakukan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan memanasnya suhu muka laut yang luas di wilayah perairan Indonesia telah terlihat sejak Juli tahun 2009 dan bertahan hingga kini.
Menghangatnya suhu muka laut di perairan Indonesia mulai terpantau pertengahan tahun lalu, meski ketika itu terjadi El Nino dalam skala moderat. ”Ketika anomali cuaca ini muncul, suhu muka laut di timur Indonesia biasanya mendingin. Namun yang terjadi sebaliknya,” ujar Edvin, yang sebelumnya adalah peneliti cuaca di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Suhu permukaan laut di atas normal ini berlangsung hingga masuk periode musim kemarau tahun ini. Suhu laut yang hangat pada Mei lalu ditunjang oleh munculnya fenomena La Nina di Samudra Pasifik yang diikuti terjadinya Dipole Mode di Samudra Hindia. Kedua fenomena ini mengakibatkan suplai massa udara dari dua samudra itu ke wilayah Indonesia. Berdasarkan data curah hujan yang tinggi sepanjang periode kemarau tahun ini, tidak tampak pola musim kemarau.
Menghangatnya perairan Indonesia akan menyebabkan terbentuknya uap air, lalu menjadi awan dan guyuran hujan di wilayah Nusantara. Apabila berlangsung lama, fenomena ini akan berpengaruh pada kawasan sekitar Indonesia hingga ke lingkup global. Kondisi suhu laut yang hangat, menimbulkan tekanan udara rendah di wilayah Indonesia, hal ini juga menyebabkan massa udara dari subtropis yang bertekanan tinggi masuk ke wilayah tropis yang bertekanan rendah.
Kepala Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer Lapan Afif Budiyono mengatakan perubahan iklim dan anomali cuaca yang terjadi saat ini sebagai pengaruh dari pemanasan global.
"Atmosfer sekarang diindikasikan karena ada pemanasan global sehingga kasusnya iklim jadi bergeser atau berubah," kata Afif Budiyono di Kantor Lapan Jalan Junjunan Kota Bandung.
Anomali cuaca yang terjadi saat ini juga menimbulkan musim kemarau yang tetap sering turun hujan sehingga disebut musim kemarau basah.
"Istilahnya kalau musim kemarau seperti sekarang namanya kemarau basah. Persis seperti 2010," kata Afif Budiyono.
Menurutnya, penyebab lain pemanasan global semakin menjadi-jadi adalah aktivitas manusia yang menggunakan bahan bakar fosil secara berlebihan.
Di Indonesia atau negara tropis lainnya pada April hingga September terjadi musim kemarau
dan pada Oktober hingga Maret terjadi musim hujan. Rentang waktu ini telah umum diketahui masyarakat luas.
Memanasnya suhu muka laut dan tidak terjadinya musim kemarau pada tahun ini merupakan kondisi penyimpangan yang tergolong paling ekstrem pada data pemantauan cuaca yang pernah dilakukan di Indonesia. Pemantauan kondisi kelautan dan cuaca di Indonesia yang dilakukan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan memanasnya suhu muka laut yang luas di wilayah perairan Indonesia telah terlihat sejak Juli tahun 2009 dan bertahan hingga kini.
Menghangatnya suhu muka laut di perairan Indonesia mulai terpantau pertengahan tahun lalu, meski ketika itu terjadi El Nino dalam skala moderat. ”Ketika anomali cuaca ini muncul, suhu muka laut di timur Indonesia biasanya mendingin. Namun yang terjadi sebaliknya,” ujar Edvin, yang sebelumnya adalah peneliti cuaca di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Suhu permukaan laut di atas normal ini berlangsung hingga masuk periode musim kemarau tahun ini. Suhu laut yang hangat pada Mei lalu ditunjang oleh munculnya fenomena La Nina di Samudra Pasifik yang diikuti terjadinya Dipole Mode di Samudra Hindia. Kedua fenomena ini mengakibatkan suplai massa udara dari dua samudra itu ke wilayah Indonesia. Berdasarkan data curah hujan yang tinggi sepanjang periode kemarau tahun ini, tidak tampak pola musim kemarau.
Menghangatnya perairan Indonesia akan menyebabkan terbentuknya uap air, lalu menjadi awan dan guyuran hujan di wilayah Nusantara. Apabila berlangsung lama, fenomena ini akan berpengaruh pada kawasan sekitar Indonesia hingga ke lingkup global. Kondisi suhu laut yang hangat, menimbulkan tekanan udara rendah di wilayah Indonesia, hal ini juga menyebabkan massa udara dari subtropis yang bertekanan tinggi masuk ke wilayah tropis yang bertekanan rendah.
Kepala Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer Lapan Afif Budiyono mengatakan perubahan iklim dan anomali cuaca yang terjadi saat ini sebagai pengaruh dari pemanasan global.
"Atmosfer sekarang diindikasikan karena ada pemanasan global sehingga kasusnya iklim jadi bergeser atau berubah," kata Afif Budiyono di Kantor Lapan Jalan Junjunan Kota Bandung.
Anomali cuaca yang terjadi saat ini juga menimbulkan musim kemarau yang tetap sering turun hujan sehingga disebut musim kemarau basah.
"Istilahnya kalau musim kemarau seperti sekarang namanya kemarau basah. Persis seperti 2010," kata Afif Budiyono.
Menurutnya, penyebab lain pemanasan global semakin menjadi-jadi adalah aktivitas manusia yang menggunakan bahan bakar fosil secara berlebihan.